SHUTTERSTOCK
Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis di Eropa yang masih terus memburuk berisiko besar pada perekonomian Indonesia dan negara-negara Asia. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap relatif tinggi, bahkan nomor dua di Asia setelah China. Diversifikasi pasar ekspor Indonesia menunjukkan hasil.
Ekonom Senior Standard Chartered Indonesia, Fauzi Ichsan, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (10/10/2012), memprediksi, tahun ini pertumbuhan Indonesia sangat mungkin berada pada posisi nomor dua tertinggi di Asia setelah China. Ia memperkirakan tahun 2012 pertumbuhan Indonesia bisa melaju hingga level 6,3 persen, di bawah China dengan pertumbuhan 7,7 persen.
”Indonesia adalah salah satu negara yang terimbas krisis global dan dampaknya masih terbatas dibandingkan, misalnya, negara tetangga,” kata Fauzi.
Ia memprediksi, kendati pertumbuhan ekonomi dunia melambat, posisi China, Indonesia, dan India masih terlindungi dari rentannya ekonomi global. Bahkan, posisi Indonesia diperkirakan terus membaik dan diperkirakan tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6,5 persen.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa kepada wartawan Kompas Cyprianus Anto Saptowalyono di Nagoya, Jepang, mengatakan, untuk mengurangi dampak negatif pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah daripada perkiraan semula, pemerintah akan menjaga mesin-mesin pertumbuhan ekonomi domestik. Karena itu, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengurangi dampak terhadap perekonomian dalam negeri.
Langkah-langkah kebijakan tersebut, kata Hatta, antara lain, adalah menjaga daya beli masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengendalikan laju inflasi, yang diimplementasikan dengan menjaga kelancaran distribusi barang. Pemerintah juga menerapkan kebijakan mengurangi pengaruh musiman terhadap harga pangan di dalam negeri.
Pemerintah juga mendorong pertumbuhan dan penyebaran investasi melalui perbaikan iklim investasi. Langkah lainnya dengan diversifikasi ekspor. ”Dalam hal negara tujuan ekspor, kita sudah lebih terdiversifikasi dibandingkan pada masa sebelum resesi global pada 2008-2009,” kata Hatta.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, strategi diversifikasi ekspor Indonesia yang dimulai tahun 2011 guna meredam dampak krisis Eropa sudah menunjukkan hasil. Volume dan nilai ekspor ke negara-negara nontradisional mulai meningkat.
Menurut Bayu, kelesuan ekonomi dunia telah berdampak serius bagi kinerja ekspor Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 14,12 miliar dollar AS, turun 12,27 persen dibandingkan dengan ekspor Juli 2012. (ENY/SON/DMU)
Sumber
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.