Seorang anak menonton petugas dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan melakukan penggalian situs gorong-gorong bawah tanah di Desa Pagu, Kecamatan Wates, Kediri, Jawa Timur, Jumat (7/9), yang diduga peninggalan abad ke-10 hingga 11. (ANTARA/Arief Priyono)
Kediri (ANTARA News) - Tim Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, melanjutkan penggalian sebuah situs di Desa Pagu, Kabupaten Kediri yang berupa saluran saluran irigasi kuno.
"Ada delapan kotak galian yang sudah kami buat. Kami menemukan sejumlah struktur, diantaranya saluran irigasi, batur saat melakukan penggalian itu," kata arkeolog BP3 Trowulan Danang Wahyu Utomo, ditemui di sela-sela ekskavasi atau penggalian situs di desa tersebut, Sabtu. Batur yang dimaksudnya adalah bangunan semacam panggung pendopo.
Ia mengungkapkan, penggalian itu dilakukan setelah mendapat laporan dari warga Desa Pagu.
Di lokasi tersebut, menurut dia, sebelumnya ditemukan struktur yang diyakini sebagai peninggalan purbakala mengingat beberapa tahun sebelumnya di desa itu juga ditemukan sejumlah peninggalan kuno, seperti mata uang kepeng seberat 50 kilogram dan dua arca Hindu.
Untuk penggalian itu, Danang mengemukakan, dibantu 13 orang rekannya. Sejumlah lokasi diteliti dan digali untuk mengetahui dengan persis struktur di dalamnya.
Ia juga mengatakan, agak kesulitan untuk melakukan penggalian. Selain lokasinya sporadis, material debu bekas letusan Gunung Kelud yang setinggi 1.730 meter di atas permukaan laut (mdpl) juga cukup dalam. Setidak-tidaknya, ia menyatakan, dibutuhkan penggalian sampai empat meter baru bisa diketahui struktur di dalam tanah tersebut.
Danang juga mengungkapkan, sampai saat ini memang belum diketahui dengan pasti tentang situs tersebut. Hanya ada sejumlah struktur bangunan berupa saluran air. Selain itu, ia memperkirakan lokasi ini juga jauh dari permukiman, terbukti kami tidak menemukan alat-alat untuk keperluan sehari-hari.
"Yang menarik dari situs ini, terdapat saluran air dan kemungkinan ini mengarah ke kolam. Provan atau tempat sakral itu ada yang terpisah dari permukiman. Kami saat ini berusaha untuk menelurusi, kolam airnya," katanya.
Walaupun belum diketahui dengan pasti struktur saluran tersebut serta peruntukannya, ia menyatakan, dimungkinkan situs itu dibuat sekitar abad 12 Kerajaan Kediri. Rencananya, penggalian akan dilakukan sampai Minggu (9/9).
Namun, ia juga menyatakan, jika masih dianggap kurang, maka timnya akan melakukan penggalian lagi sampai ditemukan kesimpulan dari hasil penggalian.
Salah seorang anggota komunitas Pelestari Sejarah dan Budaya Kediri (Pasak) Kediri, Novi Bahrul Munib, secara terpisah mengatakan bahwa sangat mendukung upaya BP3 Trowulan yang melakukan penggalian.
Apalagi, ia menyatajan, di lokasi itu ditemukan sejumlah benda purbakala. Pihaknya prihatin dan khawatir jika dibiarkan, maka situs itu akan rusak, padahal belum diketahui dengan pasti tentang situs tersebut.
"Di desa ini kami yakin masih banyak potensi benda sejarah yang masih tersimpan. Kami berharap, dengan penggalian ini bisa diketahui tentang situs tersebut," ujarnya. (T.ANT-130/C004)
Sumber
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.